Selasa, 28 April 2009

KESUKSESAN KARIER


Kemampuan berbicara seseorang turut menentukan kesuksesan kariernya. Disatu pihak, berbicara merupakan suatu daya pemersatu yang ampuh yang cenderung mempersatukan kelompok-kelompok sosial. Di pihak lain, berbicara dapat pula bertindak sebagai suatu pemecah-belah, yang cenderung mempertajam perbedaan-perbedaan antara kelompok-kelompok sosial. Dengan kata lain, berbicara dapat mendatangkan damai, menumbuhkan cinta, dan dapat pula menimbulkan perang, menumbuhkan benci, tergantung kepada kondisi dan situasi.

1.1 Keterampilan berbahasa : Komponen-komponennya

Ketrampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu:
a) ketrampilan menyimak (listening skills)
b) keterampilan berbicara (speaking skills)
c) ketrampilan membaca (reading skills)
d) keterampilan menulis (writing skills)

Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka-ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan. Urutan yang teratur : mula-mula pada masa kecil kuta belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara dapat kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan catur tunggal.

Selanjutnya setiap ketrampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannnya. Semakin trampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Ketrampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan.


1.2 Berbicara sebagai suatu ketrampilan berbahasa

Linguis berkata bahwa “speaking is language”. Berbicara adalah suatu ketrampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh ketrampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Kebelum-matangan dalam perkembangan bahasa juga merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatan-kegiatan berbahasa.

Untuk memperolah gambaran yang lebih jelas maka berikut ini kita akan tinjau secara lebih terperinci hubungan antara:
a) berbicara dengan menyimak
b) berbicara dengan membaca
c) ekspresi lisan dengan ekspresi tulis



1.3 Berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi

Manusia adalah mahkluk sosial, dan tindakannya yang pertama dan yang paling penting adalah tindakan sosial, suatu tindakan tempat saling mempertukarkan pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan perasaan, atau saling mengekspresikan serta menyetujui sesuatu pendirian atauy keyakinan. Utnuk menghubungkan sesama anggota masyarakat maka diperlukanlah komunikasi.

Komunikasi mempersatukan para individu ke dalam kelompok-kelompok dengan jalan menghablurkan konsep-konsep umum, memelihara serta mengawetkan ikatan-ikatan kepentingan umum, menciptakan suatu kesatuan lambang-lambang yang membedakannya dari kelompok-kelompok lain, dan menetapkan suatu tindakan tersebut tidak akan ada serta dapat bertahan lama tanpa adanya masyarakat-masyarakat bahasa.

Komunikasi dapat dipandang sebagai kombinasi perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan serangkaian unsur-unsur yang mengandung maksud dan tujuan. Komunikasi bukan melulu merupakan suatu kejadian, peristiwa, sesuatu yang terjadi; komunikasai adalah sesuatu yang fungsional, mengandung maksud, dan dirancang untuk menghasilkan beberapa efek atau akibat pada lingkungan para penyimak dan para pembicara.

Untuk menunjukkan hakekat purposif dari komunikasi itu, Halliday (1973) mempergunakan istilah fungsi, dan akhirnya dapat merangkumkan adanya tujuh jenis fungsi bahasa, yaitu:

1) Fungsi instrumental bertindak untuk menggerakkan serta memanipulasikan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi.
2) Fungsi regulasi atau fungsi pengaturan dari bahasa merupakan pengawasan terhadap peristiwa-peristiwa.
3) Fungsi representasional adalah penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan dalam pengertian ”menggambarkan” realitas yang terlihat oleh seseorang.
4) Fungsi interaksional bahasa bertindak untuk menjamin pemeliharaan sosial.
5) Fungsi personal membolehkan seorang pembicara menyatakan perasaan, emosi, kepribadian, reaksi-reaksi yang terkandung dalam hati dan sanubarinya.
6) Fungsi heuristik melibatkan bahasa yang dipergunakan untuk memperoleh pengetahuan, mempelajari lingkungan.
7) Fungsi imajinatf bertindak untuk menciptakan sistem-sistem atau gagasan-gagasan imajiner.



1.4 Batasan dan tujuan berbicara

Ujaran (speech) merupakan suatu bagian yang integaral dari keseluruhan personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara, kontak-kontak sosial, dan pendidikannya. Aspek-aspek lain, seperti cara berpakaian atau mendandani pengantin, adalah bersifat eksternal, tetapi ujaran sudah bersifat intern, pembawaan.

Berbicara adalah kemampuan mengucapakan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.

Pengetahuan mengenai hakekat sang pembicara itu akan turut pula membuat kita menjadi penyimak yang baik. Keberhasilan seseorang berkomunikasi dalam masyarakat menunjukkan kematangan atau kedewasaan pribadinya. Ada empat ketrampilan utama yang merupakan ciri pribadi yang dewasa, yaitu:

a) Ketrampilan sosial (social skill) adalah kemampuan untuk berpartisipasi secara efektif dalam hubungan-hubungan masyarakat.
b) Ketrampilan semantik (sematic skill) adalah kemampuan untuk mempergunakan kata-kata dengan tepat dan penuh pengertian.
c) Ketrampilan fonetik (phonetic skill) adalah kemampuan membentuk unsur-unsur fonemik bahasa kita secara tepat.
d) Ketrampilan vokal (vocal skill) adalah kemampuan untuk menciptakan efek emosional yang diinginkan dengan suara kita.


1.5 Berbicara sebagai seni dan ilmu

Berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan ilmu dan juga sebagai. Kalau kita memandang berbicara sebagai seni maka penekanan diletakkan pada penerapannya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, dan butir-butir yang mendapat perhatian antara lain:

1) Berbicara dimuka umum
2) Semantik : Pemahaman makna kata
3) Diskusi kelompok
4) Argumentasi
5) Debat
6) Prosedur palementer
7) Penafsiran lisan
8) Seni drama
9) Berbicara melalui udara
Dan kalau kita memandang berbicara sebagai ilmu maka hal-hal yang perlu ditelaah antara lain:

1) Mekanisme bicara dan mendengar
2) Latihan dasar bagi ajaran dan suara
3) Bunyi-bunyi bahasa
4) Bunyi-bunyi dalam rangkaian ujaran
5) Vowel-vowel
6) Diftong-diftong
7) Konsonan-konsonan
8) Patologi ujaran

Pengetahuan mengenai ilmu atau teori berbicara akan sangat bermanfaat dalam menunjang kemahiran serta keberhasilan seni atau praktek berbicara. Itulah sebabnya maka diperlukan pendidikan berbicara (speech education).

Konsep-konsep dasar yang mendasari pendidikan berbicara dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu:

1) hal-hal yangberkenana dengan hakekat atau sifat dasar ujaran;
2) hal-hal yang menyatakan proses-prosesintelektual yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan berbicara dengan baik; dan
3) hal-hal ynag memudahkan seseorang untuk mencapai ketrampilan-ketrampilan berbicara.

1.6 Metode penyampaian dan penilaian berbicara

Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, pendengar atau pemirsa, ataupun waktu untuk persiapan dapat menetukan metode penyajian; atau sang pembicara sendiri dapat menentukan yang terbaik dari empat metode yang dipilih, yaitu:

a) Penyampaian secara mendadak (impromptu delivery)
b) Penyampaian tanpa persiapan (extemporaneous delivery)
c) Penyampaian dari naskah (delivery from manuscript)
d) Penyampaian dari ingatan (delivery from memory)












2.1 Berbicara untuk melaporkan

Berbicara untuk melaporkan, untuk memberikan informasi, atau dalam bahasa Inggris disebut informative speaking dilaksanakan kalau seseorang berkeinginan untuk:

a) memberi atau menanamkan pengetahuan
b) menetapkan atau menentukan hubungan-hubungan antara benda-benda.
c) menerangkan atau menjelaskan sesuatu proses
d) menginterpretasikan atau menafsirkan sesuatu persetujuan ataupun menguraikan sesuatu tulisan.

Pembicaraan-pembicaraan yang bersifat informatif menyandarkan diri pula pada lima sumber utama, yaitu:

1) pengalaman-pengalaman yang harus dihubung-hubungkan seperti perjalanan, petualanga, cerita roman/novel.
2) Proses-proses yang harus dijelaskan, seperti pembuatan sebuah buku, mencampur pigmen-pegmen untuk membuat warna-warna, merekam serta memotret bunyi.
3) Tulisan-tulisan yang harus dijelaskan/dipahami, seperti arti/makina konstitusi, falsafah Plato.
4) Ide-ide atau gagasan yang harus disingkapkan seperti makna estetika.
5) Instruksi-instruksi atau pengajaran-pengajaran yang harus diganbarkan dan diragakan, seperti : bagaimana bermain catur, bagaimana cara membuat kapal.

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam suatu pembicaraan, terlebih dahulu perlu adanya suatu rencana. Demikianlah dalam merencanakan suatu pembicaraan kita harus mengikuti langkah-langkah berikut ini:

a) Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati kita.
b) Membatasi pokok pembicaraan,
c) Mengumpulkan bahan-bahan.
d) Selanjutnya menyusun bahan.


2.2 Berbicara secara kekeluargaan

Tidak ada kegiatan manusia yang lebih menyenangkan yang telah ditemukan daripada hiburan atau pertunjukan kelompok. Tidak ada wadah lain yang lebih sesuai untuk maksus-maksud seperti ini selain dari dalam situasi-situasi persahabatan atau kekeluargaan. Para partisipan menginginkan seorang pembicara untuk melambangkan serta memperagakan dalam suasana hati, keadaan jiwa, pikiran, dan tindakan yang menarik dan sesuai perasaan kelompok-kelompok tersebut. Bagi sang pembicara, tantangan ini jelas menentukan sikapnya, bahannya dan penyampaiannya. Keramahtamahan hendaknya menjadi inti pokok, kegembiraan yang dapat dinikmati bersama hendaknnya merupakan tujuan khusus.

Cara yang paling umum menjamin serta memadukan suatu perasaan persahabatan adalam melalui pembicaraan-pembicaraan hiburan. Menghibur adalah membuat oerang tertawa dengan hal-hal yang dapat menyenangkan hati.

2.3 Berbicara untuk meyakinkan

Aristoteles pernah mengatakan bahwa ”persuasi (bujukan, desakan, peyakinan) adalah seni penanaman alasan-alasan atau motif-motif yang menuntun ke arah tindakan bebas yang konsekuen”.

Persuasi adalah merupakan tujuan kalau kita menginginkan tindakan arau aksi. Pembicaraan yang bersifat persuasif disampaikan kepada para pendenganr bila kita menginginkan penampilan suatu tindakan atau pengajaran suatu bagian tertentu dari suatu tundakan.

Biasanya para pendengar dirangsang untuk berbuat aksi dengan daya-tpenarik yang emosional. Dan daya penarik yang fundamental dari semua pembicara adalah daya-tarik pribadi mereka. Takkan ada pendengar yang tertarik serta terpikat kalau mereka tidak mempunyai keyakinan pada karakter sang pembicara. Perasaan atas kelayakkan seperti itu sangat vital sekali bagi segala bentuk daya-tarik. Pendeknya diperlukan “orang tampan yang trampil berbicara” atau dalam bahasa Latin disebut “bonus vir docendi dicendi”.

Setelah bertahun-tahun mengadakan penelitian maka Schwab and Beatty, agen perwakilan New York yang terkenal, menyarankan ketujuh cara berbicara berikut ini untuk memperoleh aksi melalui penarik dasar (basic appeals).

1) Ajukanlah suatu penawaran
2) Batasi waktu
3) Persediaanterbatas
4) Jaminan atau garansi
5) Harga meningkat terus
6) Penurunan harga
7) Keuntungan dan kerugian

2.4 Berbicara untuk merundingkan

Demosthenes pernah mengemukakan bahwa “dari bunyinya dapat diketahui apakah sebuah kapal retak atau tidak, begitu pula dari ujaran-ujaran dapat dibuktikan apakah seseorang itu bijaksana atau tolol”

Kepastian pendirian bergerak maju dari penyediaan alasan-alasan yang cukup banyak menuju ke akal pikiran. Meyakinkan pada dasarnya membuat sadar akan sesuatu kebenaran. Meyakinkan berbeda dari memaksakan dalam hal bahwa daya-penariknya lebih cenderung kepada akal daripada kepada perasaan.

Hal-hal yang telah kita utarakan itulah, maka meyakinkan menuntut beberapa unsur, antara lain:

a) kejelasan, kemurnian, kecerahan (clarity)
b) ketertiban, kerapian, keteraturan (orderliness)
c) fakta-fakta, bukti-bukti, petunjuk-petunjuk (evidence)
d) alasan-alasan, bantahan-bantahan, penjelasan-penjelasan, argumen-argumen (arguments)
e) pikiran-pikiran atau pemikiran-pemikiran yang jujur dan terus terang (straight thinking).